Seminggu
kemudian.
Devi
akhirnya masuk sekolah lagi, setelah seminggu ia izin tidak masuk sekolah
dengan alasan sakit. Sebenarnya, Devi tidak sakit seperti demam atau
semacamnya. Gadis itu hanya trauma dengan kejadian seminggu yang lalu. Ia masih
takut untuk keluar rumah sendirian. Bahkan, untuk sementara ini, ia diantar –
jemput oleh kakak laki – lakinya.
Tapi,
ada yang berbeda dari penampilan Devi. Ia terlihat sangat cantik dan bersinar.
Para siswa yang ada di depan kelas mereka; terpana tidak percaya melihat Devi. Seorang leader tim dance sekolah sekarang
mengenakan jilbab. Benarkah itu? – pikir para murid di sekolah yang melihat
kedatangan Devi.
Tidak
hanya teman – teman Devi yang terkejut melihat itu, beberapa guru yang sudah
datang ke sekolah dan melihat Devi juga kaget. Devi berubah – itulah yang
muncul dibenak orang – orang yang melihatnya. Dengan seragam lengan panjang,
rok panjang, dan jilbab yang rapi membuat Devi tampak sangat cantik.
Image
seksi yang melekat pada Devi seketika hilang. Orang – orang justru lebih
menyukai Devi yang sekarang. Gadis cantik itu berani melepas kesenangannya, dan
berubah menjadi lebih baik. Padahal, dia adalah leader tim dance sekolah.
Tapi, beberapa ada yang tidak suka melihat penampilan baru Devi. Mereka hanya
iri saja sebenarnya.
Fahmi
keluar dari kelasnya. Ia terkejut bukan main melihat kekasihnya. Sudah
seminggu, ia mencoba menghubungi Devi tapi tidak ada jawaban. Bahkan, Fahmi
datang ke rumah Devi pun; pembantu Devi bilang kalau Devi tidak ada. Dan
sekarang, penampilan Devi yang muslimah sukses membuat jantung Fahmi berdegup
dua kali lebih cepat.
Devi
duduk dibangkunya. Teman – teman mengerumuni Devi; penasaran dengan penyebab perubahan
Devi. Mereka bertanya – tanya bagaimana nasib club dance sekolah, karena Devi adalah center of group.
“Dev,
kok kamu jadi gini? Gimana nasibnya tim dance
nanti?” Salah seorang teman Devi bertanya dengan mimik penasaran.
Devi
hanya tersenyum.
“Dev.
Kamu yakin mau pake jilbab kayak gini? Dance
‘kan hobimu, Dev.” Celetuk teman laki – laki.
Fahmi
masuk ke dalam kelas Devi. Teman – teman sekelas Devi pun keluar dari kelas.
Mereka tidak ingin mengganggu Fahmi dan Devi (padahal sebenarnya mereka takut pada teman Fahmi yang memberi isyarat
dari luar kelas). Saat kelas sudah sepi – masih ada penonton di luar kelas – Fahmi pun duduk di samping
pacarnya.
“Dek.
Kamu kemana aja selama ini? Aku telfon nggak diangkat, aku sms nggak dibales,
aku chat nggak deliv, aku datengin rumahmu... pembantumu bilang kamunya nggak
di rumah. Terus, masuk – masuk.. kamu udah beda...” Cerocos Fahmi tanpa jeda.
Devi
terkekeh pelan. “Mas Fahmi, aku pengen putus.” Kata Devi santai.
Fahmi
terdiam. Mata teduhnya menatap Devi lekat – lekat. “Dek?” Suara Fahmi terdengar
sangat pelan.
“Aku
pengen putus aja Mas. Aku takut, kalau kita masih pacaran nanti timbul fitnah.
Aku juga nggak mau kalau sewaktu – waktu ada hal yang nggak diinginkan terjadi.”
Devi menjelaskan dengan lemah lembut.
Fahmi
tertegun. Adik kelas tercintanya itu benar – benar berubah. Sekarang Devi tidak
hanya cantik di luar saja, tapi juga cantik di dalam. Fahmi semakin yakin
cintanya untuk Devi itu abadi, sejati, selama – lamanya.
“Oke.
Kita putus.” Celetuk Fahmi.
Air
muka Devi sedikit berubah. Tak bisa dipungkiri kalau ia kaget kata – kata itu
akan keluar dari mulut Fahmi. Tapi, inilah keputusan yang paling baik untuk
mereka – menurut Devi.
Teman
– teman di luar kelas yang masih setia menonton; terkejut mendengar jawaban
Fahmi. Setahu mereka, Fahmi sangat menyukai dan menyayangi Devi. Mereka tak
menyangka kata ‘putus’ bisa keluar dari mulut Fahmi.
“Kita
putus. Dan aku akan nunggu kamu sampai kita halal.” Kata Fahmi disertai
senyuman hangat.
SELESAI